Menanti “Saktinya” Pancasila di Hari Kesatiannya

Ahad, 1 Oktober 2017_@Eko Budi Santoso Elkendaly

1 Oktober adalah salah satu hari bersejarah yang ada di Indonesia. Bukan hanya penuh dengan sejarah, melainkan banyak pula “misteri” yang menyelimuti hari yang kemudian dikenal dengan “Hari Kesaktian Pancasila”. Hari kesaktian pancasila adalah sebutan untuk mengingatkan bangsa Indonesia akan tragedy sejarah penghianatan bangsa yang dilakukan oleh suatu kelompok yang ingin mengubah Pancasila sebagai dasar Negera Kesatuan Republik Indonesia dengan komunisme sebagai dasar Negara Indonesia.

Momentum ini seharusnya menjadi pelajaran bagi segenap bangsa bahwa segala upaya penggantian dasar NKRI dan usaha menyingkirkan Pancasila merupakan sebuah tindakan penghianatan terhadap bangsa. Dan dengan ‘kesaktian’-nya, Pancasila akan menindak tegas hal tersebut. Karena Pancasila dengan segenap butir-butirnya merupakan hasil kesepakatan bersama para pendiri Negara Indonesia yang telah disesuaikan dengan karakter bangsa dan telah terbukti hingga kini .

Kumpulan-Kartu-Ucapan-Hari-Kesaktian-Pancasila-Terbaru-4

Kesaktian Pancasila

Baca lebih lanjut

Kemuliaan dan Amalan Bulan Muharram

Rabu, 27 September 2017_@Eko Budi Santoso Elkendaly

Tahun baru hijriyah atau tahun baru Islam telah dimulai lagi. Tahun baru Islam ditandai dengan masuknya bulan Muharram. Pergantian tahun baru hijriyah didasarkan pada peredaran bulan karena itu tahun hijriyah sering juga disebut tahun qamariyah.

Orang Jawa menyebut bulan Muharram dengan “Sasi Suro” dan terdapat peristiwa agung di dalamnya yang disebut “Bodo Suro”. Bagi masyarakat Muslim, Muharram memang menjadi momentum mulia karena menjadi bulan pembuka tahun baru. Wajar jika dalam kondisi ini disebut sebagai “Hari Raya Umat Islam” karena banyak kenangan yang terdapat dalam bulan Muharram.

A. Keutamaan Bulan Muharram Baca lebih lanjut

:: Muhasabah Muroqobah & Mujahadah, Selamat Tahun Baru 1439 H ::

Rabu, 20 September 2017_@Eko Budi Santoso Elkendaly

A. Muhasabah

Waktu berjalan dengan cepat seakan tidak terasa. Hari berganti hari, pekan, bulan, dan tahun berlalu silih berganti seiring dengan bergantinya siang dan malam. Tak terasa pula, kita sudah berada di ujung tahun 1438 H. Ya, 14 abad yang lalu Rasulullah SAW melakukan Hijrah dari kota Mekkah yang sangat dicintainya dan penuh kenangan menuju kota Madinah.

Peristiwa hijrah ini seyogyanya kita ambil sebagai sebuah pelajaran berharga dalam kehidupan kita. Betapapun berat menegakkan agama Allah, tetapi seorang muslim tidak layak untuk mengundurkan diri untuk berperan didalamnya.

Ini adalah hal yang penting dilakukan setiap muslim. Karena sebuah kepastian bahwa waktu yang telah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi, sementara disadari atau tidak kematian akan datang sewaktu-waktu dan yang bermanfaat saat itu hanyalah amal shaleh. Apa yang sudah dilakukan sebagai bentuk amal shaleh? Sudahkah tilawah Al-Qur’an, sedekah dan dzikir kita menghapuskan kesalahan-kesalahan yang kita lakukan? Malam-malam yang kita lewati, lebih sering kita gunakan untuk sujud kepada Allah, meneteskan air mata keinsyafan ataukah lebih banyak untuk begadang menikmati tayangan-tayangan sinetron, film dan sebagainya dari televisi? Langkah-langkah kaki kita, kemana kita gunakan? Dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan semacam ini selayaknya menemani hati dan pikiran seorang muslim yang beriman pada Allah, lebih-lebih dalam suasana pergantian tahun seperti sekarang ini. Pergantian tahun bukan sekedar pergantian kalender di rumah kita, namun peringatan bagi kita apa yang sudah kita lakukan tahun lalu, dan apa yang akan kita perbuat esok.

Baca lebih lanjut